Menurut ngelmu Kejawen, ilmu seseorang dikatakan sudah mencapai puncaknya apabila sudah bisa menemui wujud Guru Sejati. Guru Sejati benar-benar bisa mewujud dalam bentuk “halus”, wujudnya
mirip dengan diri kita sendiri. Mungkin sebagian pembaca yang budiman
ada yang secara sengaja atau tidak pernah menyaksikan, berdialog,
atau sekedar melihat diri sendiri tampak menjelma menjadi dua, seperti
melihat cermin. Itulah Guru Sejati anda. Atau bagi yang dapat meraga
sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma atau badan
halusnya sendiri. Wujud kembaran (berbeda dengan konsep sedulur kembar) itu lah entitas Guru Sejati. Karena Guru Sejati
memiliki sifat hakekat Tuhan, maka segala nasehatnya akan tepat dan
benar adanya. Tidak akan menyesatkan. Oleh sebab itu bagi yang dapat
bertemu Guru Sejati, saran dan nasehatnya layak diikuti. Bagi yang belum
bisa bertemu Guru Sejati, anda jangan pesimis, sebab Guru Sejati akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan getaran melalui Hati Nurani
anda. Maka anda dapat mencermati suara hati nurani anda sendiri untuk
memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang anda hadapi.
Namun
permasalahannya, jika kita kurang mengasah ketajaman batin, sulit untuk
membedakan apakah yang kita rasakan merupakan kehendak hati nurani (kareping rahsa) ataukah kemauan hati atau hawa nafsu (rahsaning karep). Artinya, Guru Sejati menggerakkan suara hati nurani yang diidentifikasi pula sebagai kareping rahsa atau kehendak rasa (petunjuk Tuhan) sedangkan hawa nafsu tidak lain merupakan rahsaning karep atau rasanya keinginan.
Sarat utama kita bertemu dengan Guru Sejati kita adalah dengan laku prihatin; yakni selalu mengolah rahsa, mesu budi, maladihening, mengolah batin dengan cara membersihkan hati dari hawa nafsu, dan menjaga
kesucian jiwa dan raga. Sebab orang yang dapat bertemu langsung dengan
Guru Sejati nya sendiri, hanyalah orang-orang yang terpilih dan pinilih.
No comments:
Post a Comment